Selasa, 17 November 2009

Gurindam Boker ~ Koruptor

*Pasal 1: Persembahan buat cicak*


Bayangkan kalau pas pengen boker bisa boker,
Macam dunia tanpa koruptor, legaaaaa….

Bayangkan kalau mau boker WC-nya antri,
Macam dunia penuh korupsi, pengen meledaaaakk…

Coba kalau boker, sembelit…
Macam koruptor suka berkelit, sakiiittt……

Coba kalau tidak boker beberapa hari, betapa busuknya kentut…
Macam korupsi dah jadi budaya sehari hari, betapa busuknya hidup…

Selasa, 27 Oktober 2009

Sekolah.......

Ngapain sih kita sekolah?
Kata Bapak di kampoeng, sekolah buat nyari duit….
Tapi kau bertanya, kan di sekolah tidak diajarkan buat nyari duit…tapi matematika dan bahasa?
Buat apa sih sekolah?
Apa kalau nggak bisa matematika dan bahasa trus nggak bisa nyari duit?
Iya
Jadi kenapa sekolah?
Bilang Bapak di kampoeng, destinasi sekolah bukan duit, tapi ilmu..
Apakah ilmu bisa nyari duit?
Ilmu buat mengetahui bahwa tujuan hidup itu tak hanya duit ….

(suatu saat suatu masa, suatu obrolan kosong….)

Kamis, 22 Oktober 2009

Swasembada Beras dan Kemelaratan di Indonesia: Suatu Model yang Lucu!

(tulisan ini juga kupostkan di grup fesbuk LSKE FE UNDIP di http://www.facebook.com/group.php?gid=68992656907&v=app_2373072738#/group.php?gid=68992656907)

Abstract
Dalam rangka ikut merayakan hari pangan sedunia ke-29 yang baru saja diperingati di muka bumi, sedikit diskusi ringan kuhaturkan kepada forum LSKE tercinta ini. Kumau lihat sedikit dari sisi ini, swasembada dan kelaparan di negeri tercinta yang “Gemah Ripah Loh Jinawi” ini. Kuingin sedikit mempertanyakan pemerataan dengan cara seenaknya, yang tetap kubelum punya solusi. Mari makan…..

Meskipun banyak di antara kita tidak tahu bahkan tidak peduli pada kabar membanggakan ini: Negara Indonesia tercinta berhasil berswasembada beras pada tahun 2008!

Pada sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada 15 Agustus 2008, presiden SBY menyampaikan bahwa untuk pertama kalinya Indonesia berswasembada beras pada tahun 2008 setelah menunggu selama 24 tahun (www.presidensby.info; Kompas 12 desember 2008). Pemerintah juga memperkirakan tahun 2009 ini kembali akan terjadi swasembada beras. Hebatnya lagi, swasembada tahun 2008 ini terjadi tanpa impor beras sama sekali. Berbeda dengan swasembada beras pada tahun 1984, waktu itu pemerintah negeri ini masih ngimpor beras sekitar 400ribu ton lebih.

Meskipun menurut data BPS, tahun 2004 dan 2005 sebenarnya sudah terjadi swasembada (Medan Bisnis, 26 Februari 2006). Tapi pada tahun tersebut sepi-sepi saja beritanya. Kali ini berbeda, swasembada 2008 diumumkan resmi oleh pemerintah Indonesia di hadapan sidang dewan yang terhormat. ---Yang jelas ni pidato gak mungkin ngaranglah. Level resmi khabar ini berada pada level satu. Bukan hanya khabar burung, tapi dipidatokan di sidang paripurna DPR! Pastinya, dokumen resmi pidato Sang Presiden itu dilengkapi pula dengan lampiran data-data, yang bisa kita cek keakuratannya!---- Dunia pun mengapresiasi keberhasilan ini. Menteri Pertanian, Anton Apriono diundang ke Berlin untuk berbicara terkait dengan keberhasilan Indonesia melakukan swasembada beras (http://www.detiknews.com/read/2009/01/17/131847/1069999/10/indonesia-dilihat-dunia-atas-keberhasilan-swasembada-beras).

Meskipun demikian, masih banyak silang pendapat yang menyebutkan keberhasilan swasembada itu hanya kebetulan, karena musim lagi bagus dan sebagainya. Banyak juga makhluk yang tidak percaya bahkan curiga kalau khabar swasembada itu hanya lips service saja dan gak terlalu ngaruh, plus buat “ngademin” hati, karena di samping gembar-gembor pengakuan pemerintah tentang swasembada, toh pemerintah tetap memperpanjang MoU dengan Vietnam, agar Vietnam mencadangkan 1 juta ton beras sampai 2012 untuk Indonesia (http://www.kpa.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=258&Itemid=97, Kompas 29 April 2009). Pemerintah sih mengatakan kalau MoU itu hanya untuk berjaga-jaga, jika rakyat (rakyat yang mana?) tidak memerlukannya, tidak akan diimpor.

----Kupanjatkan puji dan syukur, Alhamdulillah, kepada Allah Yang Maha Mengatur Rejeki, untuk karunia-Nya sehingga bangsa ini (petani) mampu memenuhi sendiri kebutuhan pangan bangsa ini (petani dan bukan petani). Selamat untuk para petani Indonesia! Selamat buat semua elemen bangsa mulai dari pengambil kebijakan sampai pemungut sampah, yang selalu berkerja keras untuk mencapai ini semua-----

Selesaikah persoalan kecukupan pangan dengan swasembada?

Apakah dengan lugu dapat kutanyakan bahwa dengan swasembada nasional, semua rakyat di bawah naungan Garuda Pancasila dapat dicukupi makannya (berasnya) tak kurang satu orangpun, dengan kamampuan kita sendiri? Wkwkwkwkwk (tertawa kecil ala komen facebook). Kujawab sendiri: kayaknya belum tuh.

Dengan ukuran agregat produksi = konsumsi nasional, ini memang pas. Jika produksi lebih besar atau sama dengan konsumsi, ya terjadilah swasembada. Secara perkapita, pemenuhan konsumsi beras per penduduk tentunya terpenuhi dong oleh produksi dalam negeri. Namun demikian, untuk persoalan makan secara agregat ini, dengan sederhana dapat kukatakan bahwa kemungkinan ada rakyat Indonesia yang makannya berlebih (melebihi rata-rata perkapita), ada juga yang kurang dari perkapita. Sederhananya, dianalogikan ada orang makannya bisa lebih dari 1 piring sekali makan, makan 3 kali sehari, ada yang gak makan dua hari sekali, sehari makan sehari tidak (bukan lagi puasa Daud, tapi karena kere: dia juga memiliki hak untuk hidup). Secara sederhana ingin kukatakan, untuk urusan beras ini saja, bahwa ada sebagian rakyat yang mengkonsumsi beras di bawah ukuran perkapita atau rata-rata. Ini baru bicara beras lho…..

Siapa yang tidak kekurangan makan dan siapa pula yang kekurangan makan? Jawabannya: kita, dan orang miskin. Benar ada nggak sih orang miskin? Ada, banyak. Kita, akademisi dan mahasiswa ekonomi pastilah paham bin mahfum, di negeri ini masih banyak orang miskin. Dari data yang disebutkan dalam RPJMN 2004-2009, dikatakan bahwa pada tahun 2004, terdapat 36,1 juta jiwa orang miskin di Indonesia. Jumlah itu masih lebih banyak dari penduduk Malaysia (tahun 2008, penduduk Malaysia sekitar 27.730.000-nggak percaya? Lihat di Wikipedia aja). Kalau orang dengan jumlah segitu dikumpulkan menjadi satu negara sendiri, jadi kayak lagu dangdut Hamdan ATT: negara termiskin di dunia.

Anehnya lagi, di sektor pertanian, 70-80 persen petani dan nelayan adalah orang miskin (lihat deh RPJMN 2004-2009: http://www.bappenas.go.id/node/131/58/download-lengkap-perpres-no7-tahun-2005-dan-naskah-rpjm-2004--2009/). Orang yang menghasilkan pangan – yang menghasilkan swasembada itu – malah pada miskin. Wah…..what a contradiction…..

Siapa sih orang miskin? Apa ukurannya sampai orang dikatakan miskin? Di sini tidak membicarakan kriteria kemiskinan secara holistik, seperti didengungkan oleh teori ekonomi pembangunan terbaru. Tapi dibatasi dari sisi pangan sajalah, itupun menurut BPS saja. Menurut BPS nih, kriteria orang miskin dari sisi pangan: “Keluarga tergolong miskin itu memasak dengan kayu bakar, arang, minyak tanah, tidak mengkonsumsi daging, susu atau daging ayam per minggu (tidak pernah atau cuma satu kali seminggu). Keluarga itu hanya makan satu atau dua kali dalam sehari”. ----Masih lumayan tuh, masih makan. Tapi, makan sekali sehari? Lha, swasembada tu buat siapa sih? Kok mereka nggak dapat bagian beras sehingga bisa makan lebih dari satu kali sehari? (Kucoba bicara beras saja di sini, sebagai makanan pokok). Swasembada, ataupun kecukupan beras itu, tidak memasukkan orang-orang ini ke dalam hitungan dong.

Itu baru yang miskin dan masih bisa makan, walau sehari sekali. Ada lho yang lebih parah, namanya kelaparan. Kata Direktur Program Pangan Dunia (United Nations World Food Programme ) Indonesia, Bradley Bussetto, seperti yang diberitakan oleh www.tempointeraktif.com tanggal 9 Mei 2007 (http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/05/09/brk,20070509-99723,id.html): ”Saat ini lebih dari 850 juta orang di dunia menderita kelaparan kronis, 820 juta diantaranya tinggal di negara berkembang. Setiap 5 detik, 1 orang meninggal dunia akibat kelaparan di Asia (mengerikan ya?). Sekitar 50 persen dari total penderita kelaparan kronis tersebut adalah anak-anak. Data Food and Agriculture Organization (FAO) 2006 menyebutkan, 350 hingga 450 juta anak menderita kelaparan kronis di dunia, 13 juta diantaranya adalah anak Indonesia . Kelaparan atau kurang gizi merupakan penyebab utama kematian di dunia, melebihi AIDS, Malaria, dan TBC”. Huaaaaaa………Mati karena kelaparan! Ini fakta yang ditunjukkan oleh WFP. Padahal lho, kata BPS sih, kita sudah swasembada di tahun 2004-2005. Bagaimana dengan swasembada 2008 dan mungkin 2009, masihkah diiringi dengan kelaparan?

Banyak berita-berita/kasus-kasus dan keprihatinan mengenai kelaparan di Indonesia. Coba lihat di http://www.infodiknas.com/kemiskinan-dan-kelaparan-di-indonesia/, untuk kelaparan di Jawa Barat. Coba baca berita di http://digilib.biologi.lipi.go.id/indexdisc.php?topic_id=123, dan banyak lagi yang lainnya yang dapat kau temukan sendiri dengan mudah di internet.
Buat membarakan rasamu, kusampaikan suatu berita: “Berita yang dimuat dalam harian Fajar (Makassar) 1 Maret 2008 tentang meninggalnya seorang ibu yang hamil 7 bulan bersama bayinya karena kelaparan setelah tiga hari tidak makan, merupakan peringatan bagi kita semua bahwa rakyat Indonesia memang sedang menghadapi banyak hal yang parah sekali. Sebab, berita ibu hamil yang mati kelaparan bersama bayinya itu hanyalah satu dari ratusan juta rakyat Indonesia yang sedang dirundung penderitaan karena parahnya kemiskinan dan pengangguran……” (http://www.lintasberita.com/Nasional/Berita-Lokal/Ibu_hamil_tua_meninggal_karena_kelaparan). ckckckckckck (suara cicak ala Facebook). Seperti lagu Nidji: “Sampai hati, sampai mati”. Masya Allah.

Ku-link-an contoh data yang lain. Menurut data Badan Bimas Ketahanan Pangan NTT, sedikitnya 188.906 jiwa atau 43.401 keluarga NTT di 229 desa berisiko tinggi kelaparan dan terancam kelaparan. Penduduk berisiko sedang sebanyak 33.987 keluarga atau 162.447 jiwa di 348 desa lainnya dan berisiko ringan 217.855 jiwa (57.720 keluarga) di 429 desa. Selain itu, 452.920 jiwa dari 101.973 keluarga di 117 kecamatan atau 1.108 desa gagal tanam dan gagal panen (http://www.tempointeractive.com/hg/nusa/nusatenggara/2005/05/16/brk,20050516-61053,id.html).

Oke, bukannya pemerintah tidak melakukan apa-apa. Pemerintah sudah melakukan program-program pengentasan kelaparan. Contoh nih, untuk kasus NTT itu, dari tulisan yang sama di www.tempointeraktif.com, “…pemerintah pusat mengalokasikan dana Rp 11 miliar serta menyediakan beras gratis bagi daerah paling parah di Nusa Tenggara Timur yang mengalami kelaparan dalam masa tanggap darurat. Sedikitnya 2000 ton beras disiapkan untuk mengatasi kelaparan di 16 kabupaten dan kota. Pemerintah sudah memantau semua desa untuk diintervensi dewan ketahanan pangan. Salah satunya yakni pengembangan proyek padat karya”.

Apakah program-program pemerintah itu jangka panjang, nggak hanya ad hoc semata? Program ini menyeluruh? Tepatkah program-program ini? Kutidak akan membahas satu per satu program-program pemerintah. Dari satu kasus NTT tersebut, dimungkinkan bahwa penanganan pemerintah pusat tidak terencana, terkoordinasi vertikal dan horizontal, sepihak tidak melibatkan masyarakat setempat (baca wawancara radio Nederland Wereldomroep dengan wakil rakyat di http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/arsipaktua/asiapasifik/kelaparan_ntt050606-redirected). Pemerintah nggak mahfum dengan kearifan lokal.
Sebenarnya, pertanyaan bodoh buat mengevaluasi program-program hebat pengentasan kemiskinan yang sudah dijalankan pemerintah ini: mengapa masih ada kemiskinan dan kemelaratan di negeri ini? Kok nggak habis?

Penutup

Bangga dengan swasembada? Dipuji memiliki ketahanan pangan yang tangguh, menjadi perhatian dunia. Miris, masih ada sebagian dari rakyat Indonesia yang mati karena kelaparan. Kita butuh lebih dari sekedar program-program untuk mencapai swasembada yang membanggakan. Sudahkah pemerintah memberikan perhatian, melakukan sesuatu, yang seharusnya untuk menyelamatkan semua rakyat dari kelaparan? Bagaimana program-program pengentasan kemelaratan berjalan?

Boi, semoga kita dapat berbuat sesuatu tanpa harus menunggu pemerintah dan dewan perwakilan kita yang terhormat itu turun tangan. Tapi, aku juga belum bisa ngapa-ngapain ni… malu sama Luna Maya yang diangkat Organisasi Program Pangan Dunia –WFP, yang berada di bawah PBB, sebagai Duta Nasional WFP untuk memerangi kelaparan di Indonesia. Oh, Luna…..(eh?)
Biarlah tulisanku ini berakhir begini saja. Mampuku hanya ini, selanjutnya kalian.

Lampiran

Kalau mau lihat-lihat gambar orang kelaparan di Indonesia, sila klik: http://images.google.co.id/images?hl=id&rlz=1R2SKPB_enAU348&q=kelaparan+di+indonesia&um=1&ie=UTF-8&ei=34HZSs2pGZao6AOogLGTBg&sa=X&oi=image_result_group&ct=title&resnum=4&ved=0CBYQsAQwAw.

Miris sekali rasanya melihat gambar-gambar itu, kalau gambar itu benar adanya, sungguh sangat menyedihkan bahwa ada bagian dari kita di muka bumi ini (khususnya di negeri tersubur di mana, menurut Koes Plus, tongkat kayu dicocok menjadi tanaman ini) sampai mengalami penderitaan seperti itu.

Rabu, 25 Maret 2009

Studium General Agent Based Model

Dalam rangka Dies FE UNDIP, LSKE FE UNDIP dan FE UNDIP mengadakan Studium General Agent Based Model: Theoritical Framework and It's Application to Researchs in Economics and Business, pada hari Rabu 25 Maret 2009. Pembicara: Dr. Alex Smajgl dari CSIRO - Australia, moderator: Akhmad Syakir K.
Agent-Based Modelling (ABM) adalah sebuah pendekatan atau metode untuk mengelaborasi dinamika sistem yang komplek yang di dalamnya melibatkan interaksi antar pelaku ekonomi dan dengan sistem ekologi dimana interaksi antar pelaku ekonomi berlangsung. Dalam tataran empiris Agent-Based Model bertujuan untuk menggambarkan dinamika yang terjadi dalam dunia nyata dengan lebih tepat. Oleh karena itu ABM berguna sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan (decision making).

Kamis, 19 Maret 2009

Pelatihan LSKE FE UNDIP seri 10 2008-2009

LSKE FE mengadakan pelatihan seri ke-10 tahun 2009-2009: EKONOMETRIKA DASAR 2: UJI ASUMSI KLASIK & APLIKASI EVIEWS 6, dengan Instruktur: Firmansyah.
Hari Selasa, tgl 24 Maret di UPKFE Lt 3. Gratis....

Selasa, 10 Maret 2009

Pelatihan Seri 9 LSKE FE UNDIP: GTAP

Friends, LSKE FE UNDIP melanjutkan seri diskusi pelatihan di bulan Maret 2009 ini dalam rangkaian seri diskusi dan pelatihan 2008-2009. Kali ini LSKE mengadakan pelatihan mengenai analisis perdagangan internasional berbasis software GTAP (global trade analysis project), dg istruktur Akhmad Syakir Kurnia dan Bambang. Hari Kamis tgl 12 Maret 2009, jam 13.00 WIB. Tempat di UPK FE lt 3. Gratis!

Selasa, 10 Februari 2009

Blajar jadi gila…

Lagi mumet. Jadi share pikiran gila…
Ada dua makna tuh dibalik kata-kata di judul itu. Satu, blajar (belajar maksudnya..) sampai jadi gila. Bisa diartikan, blajaaaaaarrrr terus, nggak pintar-pintar, sampai stress, lupa daratan, apalagi lautan, lupa saudara, lupa sahabat, lupa mandi, sampai lupa ingatan….Dua, blajar menjadi gila. Bisa diartikan, orang waras yang kepengen jadi gila. Jadi mempelajari cara-cara menjadi gila dan ingin mencapainya. Arah saya, lebih ke yang terakhir.
Gila, nggak nganggap siapapun, apapun, walaupun, meskipun…Bila ada orang gila berbuat baik, pastinya dia sangat amat ihklas. Benar-benar tanpa udang di sebalik bakwan eh batu. Benar-benar tanpa pamrih. Kalau orang waras berprilaku seperti ini, uh, dunia bisa aman dan sejahtera.
Tapi, orang gila bisa juga berbuat jahat. Tapi pastinya, perbuatan ini dilakukan tanpa tendensi apapun. Innocent banget. Tanpa merasa berdosa. Kalau orang waras yang berprilaku seperti ini…hancur dunia.
Tapi bisa nggak perilaku jahat gila diisolir, dan disingkirkan? Alias, bisa nggak perilaku buruk dimusnahkan dari muka bumi? Sehingga tertinggal perilaku gila baik? Secara ekonomi sih, ini bisa mengakibatkan pengangguran besar-besaran.
Bayangkan, berapa jumlah polisi yang seharusnya ada dan kemudian jadi tidak ada? Berapa hakim, jaksa, pengacara, sipir penjara, yang seharusnya ada, menjadi tidak ada? Belum lagi, satpam? Guru budi pekerti? Guru pendidikan moral? Analis-analis kriminologi dan psikologi? Buaanyaaaak banget pengangguran yang seharusnya tidak ada menjadi ada, dan bisa membayangkan nggak profesi apa yang bisa menggantikan profesi yang ada karena adanya kejahatan di muka bumi ini?
Berapa menteri yang departemennya jadi hilang? Dah mulai jadi gila ni…

Rabu, 04 Februari 2009

Pelaksanaan Pelatihan SEM LSKE FE UNDIP dan S3 Ilmu EKonomi UNDIP


Pada tanggal 27-29 Januari 2009 lalu, sesuai dengan rencana, pelatihan SEM kerjasama Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi (LSKE) dan Program S3 Ilmu EKonomi FE UNDIP, telah dilakukan. Alhamdulillah lancar. Peserta datang dari berbagai daerah di Indonesia termasuk 2 peserta yang mengkhususkan diri datang dari Malaysia. Terima Kasih panitia, terima kasih para instruktur dan terima kasih juga kepada teman-teman peserta. Semoga bermanfaat dan link kita juga dapat terbina dengan baik. Ada rencana untuk mengadakan pelatihan gelombang kedua untuk tahun ini. Ditunggu...